ANALISIS FILM ANIMASI SOUL DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT STOA

 

ANALISIS FILM ANIMASI SOUL

DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT STOA

 

            Setiap kehidupan manusia mencari kebahagiaan, hidup yang tenang. Filsafat bagi kaum Stoa bukanlah untuk sekedar mengisi waktu atau menumpuk ide untuk bergaya didepan kaum awam. Filsafat merupakan praktik dan latihan seni sebuah hidup. Di mata Stoa, bahagia itu bisa disederhanakan manakala kita terbebaskan dari emosi atau segala perasaan yang menganggu. Orang Yunani biasa menyebutnya phatos yang memiliki arti mengenai sesuatu atau menderita. Phatos dalam bahasa inggris menjadi passion (nafsu). Phatos Stoa atau passion merupakan terjemahan dari emosi negatif (emosi buruk). Apa yang disebut emosi negatif berbeda dengan hasrat yang oleh kaum Stoa dianggap sebagai alamiah dan netral belaka. Hasrat atau dorongan meraih sesuatu dan harat selalu melindungi di dalamnya aktvitas representasi terhadap objek yang dihasrati, dimana representasi tersebut mau tak mau sudah membuat persetujuan rasio terhadap Value Judgement dalam representasi itu sendiri. Bila Hasrat akan sesuatu itu tidak terpenuhi maka kita jatuh ke dalam emosi negatif. Bagi kaum Stoa, emosi negatif didefinisikan sebagai hasrat yang eksesif, misal mendaki sesuatu yang jelas-jelas tidak masuk akal.

            Pada pembahasan kali ini, peneliti akan mengkaji lebih dalam filsafat Stoa dalam state of art film animasi Soul, mengenai passion dan hasrat akan menggapai sesuatu.

Soul (film 2020) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Nama : Kahfi Gentar Aryada

NPM : 202046500312

 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Filsafat Stoa adalah salah satu aliran filsafat klasik yang memiliki pengaruh besar dalam pemikiran abad-abad pertama, bukan hanya di kalangan Kristiani, melainkan juga dalam pemikiran pada umumnya di Timur Tengah dan Eropa. Stoicisme membagi pemikiran filosofis ke dalam tiga bagian besar, fisika, logika dan etika. Stoicisme menolak pemikiran metafisika,3 yang memasukkannya ke bagian fisika. Alasannya adalah bahwa segala sesuatu dapat dipikirkan dan dirasakan (corporal), sedangkan metafisika bagi Platonisme adalah konsep ada yang tidak terpikirkan, karena tidak nyata. Setiap realitas menampilkan dalam dirinya suatu kualitas dengan memiliki kekuatan dan kodrat (natura), untuk menjadikannya khas dalam eksistensinya dan membedakannya dari ada lain. Logika adalah bagian kedua dari Stoicisme yang dibagi menjadi dua, retorika dan dialektik. Fungsi logika adalah untuk mencari kriteria dan hidup dalam kaitannya dengan kebenaran. Melalui logika, orang bisa sampai pada kemampuan untuk mengoreksi argumentasi yang tidak logis dari setiap presentasi dan pembicaraan. Sehubungan dengan itu, etika memampukan untuk pengenalan tujuan akhir hidup dalam Stoicisme.

            Peneliti mengkaji lebih dalam state of art pada film animasi Soul melalui pendekatan filsafat Stoa karena filsafat tersebut masih relevan dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang. Filsafat Stoa merupakan filsafat kuno yang mengajarkan jalan hidup. Way of life ini sangat membantu kaisar kaisar pada zaman 1800, contohnya adalah kasiar Marcus Aurelius yang menjalankan tugas-tugasnya sebagai penguasa yang baik. Ditambah karena filsafat tersebut mengajarkan jalan hidup maka orang dari zaman kapanpun bisa membaca untuk berkaca, dan bisa terinspirasi darinya.

            Tidak seperti kaisar zaman dahulu yang berperang menggunakan senjata tajam, pada zaman sekarang peneliti juga melakukan perang melalui pendekatan yang berbeda. Peneliti bangun di pagi hari dan harus berperang melawan dinginnya air di kamar mandi, belum lagi perang menghadapi Zoom Meeting kelas jam 7 pagi, serta perang menghadapi tugas yang belum dikerjakan mendekati deadline. Peneliti tertarik membahas hal tersebut dengan pendekatan filsafat Stoa yang mengusung kebahagiaan yang tidak lazim. Mereka a mengatakannya sebagai ataraxia, sebuah kata Yunani yang akarnya dari ataraktos  (a = not, dan tarrassein = to trouble). Ataraxia dengan demikian berarti not troubled (untroubled). Kebahagiaan yang manusia bayangkan sebagai jiwa yang tenang dan damai digambarkan oleh kaum Stoa sebagai situasi negatif, yaitu tiadanya gangguan. Bahagia adalah saat manusia tidak terganggu.

            Peneliti sangat tertarik dengan filsafat Stoa karena mengajarkan dengan cara yang paling fundamental, yaitu situasi yang menimpa hidup manusia bersifat indifferent (netral saja), soal baik atau buruknya tergantung dari jiwa manusia menafsirkannya. Dibedakan oleh antara apa yang up to us (tergantung pada manusia) dan not up to us (tidak tergantung pada kita). Hal tersebut merupakan pemikiran dari Epiktetos.

 

B. Pembahasan Objek

            Pada karya ilmiah ini, peneliti mengambil objek karya seni sebuah film animasi karya pixar animation studio yaitu film Soul. Film animasi ini memiliki premis cerita tentang mimpi besar guru musik untuk menjadi seorang musisi jazz terkenal di kemudian hari. Digarap oleh sutradara Pete Docter dan diproduseri oleh Dana Murray. Docter adalah sutradara yang pernah memproduksi beberapa film animasi populer lainnya seperti Inside out (2015), Up (2009), dan Monster Inc (2011) yang berhasil menyabet beberapa penghargaan piala Oscar sebelumnya. Film animasi soul karya Pete Docter memiliki cerita berawal dari Joe Gardner yang mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam sebuah acara klub jazz terkenal setelah gagal mencoba berkali-kali dalam audisinya. Gardner merasa sangat bahagia karena penantiannya selama ini untuk menjadi musisi terkenal akan segera terwujud. Konfliknya dimulai saat gardner berada dalam perjalanan pulang dengan senang hati yang gembira tidak sengaja terpelosok ke dalam selokan. Peristiwa tersebut menjadikannya koma dan terbangun dengan wujud jiwa biru yang dinamakan ‘The Great Beyond’ bersama jiwa orang-orang lainnya. Namun, Gardner masuk kedalam ‘The Great Before’ dimana jiwa-jiwa tersebut mulai dibentuk melalui beberapa pelatihan sebelum diturunkan ke bumi. Di "The Great Before", Gardner berusaha mencari jalan keluar untuk kembali ke bumi namun selalu gagal. Sampai pada saat Gardner merasa putus asa dan bertemu dengan 22, salah satu jiwa yang akan diturunkan ke bumi dengan menjalankan beberapa pelatihan terlebih dahulu. 22 yang tidak mendapat keahlian khusus selama dalam perjalanan di "The Great Before" menjadikan 22 merasa terbuang karena memiliki prasangka buruk tentang kehidupan di bumi. Gardner yang merasa 22 merupakan satu-satunya jalan untuk membantunya kembali ke bumi mulai berpikiran untuk membantu 22 dalam mencari jati diri yang belum menemukan "spark" atau sebuah tujuan. Semangatnya yang tinggi untuk menggapai mimpinya membuat Gardner melakukan segala sesuatu untuk itu. Belakangan Gardner mengatahui bahwa kehidupan sangat dekat dengan kematian. Segala mimpi besar atau pencapaian akan biasa saja rasanya jika tidak menjalani hari-hari dengan sepenuhnya.

 

C. Pendekatan Filsafat Stoa

Film animasi Soul sangat cocok jika dikaji lebih dalam melalui pendekatan filsafat Stoa, karena tokoh utama pada film ini, Gardner hanya fokus dengan mimpi besarnya saja dan tidak menikmati hari dengan sepenuhnya. Kaum Stoa mengandalkan distingsi pokok antara apa yang tergantung padaku (yaitu jiwa atau rasio) dan apa yang tidak tergantung padaku (tubuh, kematian, status, karir, harta). Setia dengan tradisi kaum Sokrates, kaum stoa menempatkan kebahagiaan dalam ketenangan batin (peace of mind), dan bukan dalam hal-hal eksternal. Rasa Bahagia tidak sama dengan kenikmatan uang, makan, minum, atau kekuasaan. Ketenangan batin di atas bisa dicapai lewat askesis (latihan). Apa yang dilakukan Gardner adalah mengejar karir & passion yang sudah jelas dikatakan oleh kaum Stoa merupakan hal yang diluar kendali manusia. Kunci kebahagiaan bagi kaum Stoa adalah terhindar dari nafsu-nafsu akan kecemasan yang obsesif akan masa depan.

 

D. Pembatas dan Perumusan Masalah

1.1 Batasan Masalah

            Dalam penelitian ini, peneliti merangkum batasan masalah dengan judul state of art pada film animasi Soul dengan pendekatan filsafat Stoa, sebagai berikut:

1.      Mengetahui apa itu filsfat Stoa

2.      Cara penerapan kehidupan dengan filsafat Stoa

3.      Film yang cocok menggunakan pendekatan filsafat Stoa

4.      Memberikan contoh kehidupan yang dijalani karakter utama pada film Soul

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, peneliti sudah menyusun permasalahan yang hendak dibahas dalam karya ilmiah ini. Yaitu bagaimana pendekatan filsafat Stoa bisa diterapkan pada film animasi Soul, antara lain:

1.      Bagaimana cara menerapkan filsafat Stoa dalam kehidupan sehari-hari di zaman yang serba cepat seperti sekarang dan mengejar mimpi besar seperti Joe Gardner?

2.      Apa latihan yang harus dilakukan untuk menerapkan filsafat Stoa?

 

E. Tujuan Masalah

            Bersumber dengan rumusan permasalahan yang disusun oleh peneliti di atas, berikut tujuan dalam penyusunan karya ilmiah ini, antara lain:

1.  Untuk tidak melakukan yang Joe Gardner lakukan dengan tidak menikmati hidup sehari-hari dengan sepenuh hati dan hanya memikirkan mimpi 

2. Menerapkan cara hidup kaum Stoa untuk menempatkan kebahagiaan dan ketenanagn batin dalam menjalani kehidupan.

Komentar